SEJARAH TURUNNYA DOA KAUTSARAN - WARGA10-JATENG

Breaking

Selasa, 07 Maret 2017

SEJARAH TURUNNYA DOA KAUTSARAN

Assalamualaikum..

salam warga 10. semoga senantiasa menadapat berkat rohmat dan yasro dari Alloh ta'ala.

Atas berkat rohmat Alloh yang maha kuasa. pada hari ahad kemarin waktu musda kabupaten jepara admin ikut untuk mengambil dokumentasi dan dalam rangka undangan untuk hadir musda. disitu banyak diterangkan mengenai cara sukses dalam melaksanakan organisasi shiddiqiyyah dan untuk sukses hal lain. hadir pada waktu itu dewan penasehat orshid bapak kholifah Ahmad Muizudin. salah satu yang menjadi pesan dan bekal bagi pengurus orshid jepara adalah untuk senantiasa mengamalkan kautsaran. karena kautsaran merupakan doa dari ilham ruhi bukan karang Sang Mursyid. sehingga doa itu bisa untuk sarana perjuangan. bahkan dikisahkan bagaimana perjalan untuk mendapatkan amalan kautsaran dan juga hikmah yang telah dipraktekan sang Mursyid sebelum akhirnya di ijazahkan kepada setiap murid shiddiqiyyah. dulu rumah dan pondok sederhana dari bambu, muridnya juga sedikit sekarang fakta membuktikan pesantren menjadi besar dan muridnya dimana-mana samapai keluar negeri.

berikut kami copas perjalanan sang mursyid mendapatkan doa kautsaran..
copas dari..http://niashusanty.blogspot.co.id/2016/11/doa-kautsaran-pada-tarekat-shiddiqiyyah.html

monggo bisa disimak ulasan sebagai berikut...
Mursyid Thoriqoh shiddiqiyyah : Kyai Muchamad Muchtar Mu'thi

DOA KAUTSARAN PADA TAREKAT SHIDDIQIYYAH

A.    PENDAHULUAN
Agama memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan dunia. Agama merupakan alat untuk menganalisis hubungan sistem keagamaan dan sisten tindakan. Agama juga dapat menguatkan keteraturan hidup masyarakat. Peran agama dapat dilihat dari segi budaya seperti adat-istiadat. Dalam agama juga disebutkan bahwa manusia harus menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Jika hal itu dilakukan akan membawa ketentraman dan ketenangan bagi hidup manusia. Oleh sebab itu muncullah Tarekat dalam kehidupan manusia.
 Pengertian Tarekat secara etimologi yaitu berasal dari Bahasa Arab Thoriqoh yang artinya jalan, haluan atau madzab. Kata Thoriqoh merupakan bentuk muannaths (Perempuan), mudzakarnya (Laki-laki) adalah Thoriq. Thoriqoh sebagaimana Thoriq secara Bahasa dapat dilihat dalam simbol-simbol konkrit seperti garis pada sesuatu atau lubang-lubang pada bumi, serta segala sesuatu yang bagian-bagiannya saling menempel atau sebagiannya terletak di atas yang lain. Sedangkan secara abstrak Thoriqoh berarti kondisi atau petualangan, baik atau buruk. Tarekat juga mempunyai arti yang merujuk pada segolongan orang-orang yang dipandang mulia, yaitu orang-orang yang dihormati dan diakhiri oleh masyarakat karena keluhuran jiwanya.[1]
Tarekat secara sederhana dapat diartikan sebagai cara, jalan atau metode untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Menurut Harun Nasution, tarekat adalah jalan yang ditempuh para calon sufi untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.[2] Sebenarnya membicarakan tarekat tentu tidak bisa terlepas dengan tasawuf karena pada dasarnya tarekat itu sendiri bagian dari tasawuf. Di dunia Islam tasawuf telah menjadi kegiatan kajian keislaman dan telah menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri. Landasan tasawuf  yang terdiri dari ajaran nilai moral dan etika kebaikan, kearifan, keikhlasan serta olah jiwa dalam suatu kekhusyuan telah terpancang kokoh sebelum ilmu tasawuf ini membuka pengaruh mistis keyakinan dan kepercayaan sekaligus lepas dari saling keterpengaruhan dengan berbagai kepercayaan atau mistis lainnya. sehingga kajian tasawuf dan tarekat tidak bisa dipisahkan dengan kajian terhadap pelaksanaan di lapangan.
Dalam hal ini praktek ubudiyah dan Muamalah dalam tarekat, walaupun sebenarnya kegiatan tarekat sebagai sebuah institusi lahir belasan abad sesudah adanya konkrit pendekatan kepada Allah yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW kemudian diteruskan oleh sahabat-sahabatnya, tabiin, lalu tabiat dan seterusnya sampai kepada auliyaullah dan sampai sekarang ini. Garis yang menyambung sejak Nabi hingga sampai syaikh tarekat yang hidup saat ini yang lainnya dikenal dengan silsilah tarekat.
Tarekat Shiddiqiyyah adalah salah satu dari sekian banyak tarekat yang berkembang diseluruh dunia. Konon tarekat ini sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW, meskipun pada masa itu belum menggunakan nama Tarekat Shiddiqiyyah. Menurut mursyid Tarekat Shiddiqiyyah di Indonesia yakni KH. Muhammad Muchtar bin Abdul Muthi, nama Tarekat ini berasal dari gelar yang diberikan Rasulullah SAW kepada sahabat Abu Bakar, yaitu as-Shiddiq, ketika Rasul menceritakan pengalamannya seusai melaksanakan perjalanan Isra dan Miraj kepada penduduk Makkah, kala itu.
Meskipun diyakini berasal dari Nabi Muhammad SAW, keadaan Tarekat ini pernah melalui segala rintangan dan halangan dalam perkembangannya. Tarekat ini awalnya termasuk Tarekat yang tidak sah (Ghairuh Mu’tabaroh), tetapi tahun 2009 sesuai dengan keputusan kongres nasional pimpinan jami’iyah ahli Thoriqoh Mu’tabaroh Indonesia (JATMI) tarekat ini telah direkomendasikan dan dimasukkan dalam 40 daftar Tarekat Mu’tabaroh.
Tarekat ini memiliki amalan dengan nama yang cukup menarik diteliti yakni Doa Kautsaran dimana didalamnya terdapat bacaan-bacaan doa. Proses turunnya doa kautsaran ini juga tidak langsung turun semua begitu saja, tetapi ada prosesnya secara berangsur-angsur melalui ilham ruhi yang didapat oleh Mursyid Tarekat Shiddiqiyyah. Perkembangannya pun cukup menarik mulai dari penamaan doa sampai penyebarannya. Manfaatnya pun juga sudah banyak dirasakan oleh yang mengamalkan. Untuk lebih jelasnya dalam makalah ini akan dibahas mengenai perkembangan doa kautsaran beserta manfaat yang diperoleh.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana Proses Turunnya Doa Kautsaran Pada Tarekat Shiddiqiyyah di  Losari, Ploso, Jombang, Jawa Timur?
2.      Bagaimana Proses Penyebaran Doa Kautsaran Pada Tarekat Shiddiqiyyah di Losari, Ploso, Jombang, Jawa Timur?
3.      Apa manfaat Doa Kautsaran bagi yang sudah mengamalkannya dari masa ke masa?
C.    PEMBAHASAN
1.      Proses Turunnya Doa Kautsaran
Doa kautsaran tidaklah ada begitu saja, namun melalui proses yang begitu panjang, ada safarinya dari satu tempat ke tempat lainnya, dari satu makam ke makam lainnya dan semuanya melalui tuntunan ilham ruhi.[3] Semuanya berawal dari dorongan hadits nabi yang memerintahkan untuk melakukan perjalanan (menjadi musafir),
قَا لَ رَ سُوْ لُ اللِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمُ : سَافِرُوْا تَصِحُّوْا وَ تَرْ زَقُوْا
Artinya: “Bersabdalah Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam: bermusafirlah (berpergianlah), kamu akan diberi kesehatan dan kamu akan diberi rizki”.
Hadits diatas berisi:
a.       Perintah musafir (berjalan jauh menuju satu tujuan). Musafir itu mempunyai dua makna:
1)      Musafir fisik atau musafir jasmani ialah perjalanan dengan kaki dhohir
2)      Musafir non fisik atau musafir ruhani ialah berjalannya pikiran (pikiran memikirkan sesuatu yang bermanfaat, memikirkan keajaiban-keajaiban ciptaanNYA Allah dan sebagainya)
b.      Jika musafir itu dilakukan, maka akan tasikh-khu (akan diberi kesehatan oleh Allah). Baik kesehatan jasmani maupun kesehatan ruhani (sehat akal, sehat pikir, sehat hati dll.). jadi kesehatanpun ada 2, ada kesehatan jasmani dan kesehatan ruhani.
c.       Jika mau musafir (mau melakukan perjalanan jauh) maka juga akan waturzaqu (diberi rizqi oleh Allah). Rizqipun ada 2 macam, ada rizki materi ada rizki non materi yaitu rizki ilmu (kefahaman)
Dan atas dorongan hadits inilah, maka pada tahun 1956, beliau  mulai melakukan musafir sendirian. Dan selama musafir itu beliau juga mengamalkan wirid khusus, yang tidak noleh dikerjakan dengan duduk, melainkan harus dengan jalan. Apa yang diwiridkan, tidak usah beliau  ceritakan disini.
Melakukan Musafir
Perjalanan sang mursyid diawali dari makamnya Maulana Ibrahim Asmorokondi di Palang Tuban. Ibrahim Asmorokondi adalah ayahnya Sunan Ampel. Beliau punya dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Yang laki-laki Ali Murtadho (makamnya di Bedilan Gresik Kota) dan Ali Rohmatulloh (Sunan Ampel). Yang permpuan namanya Siti Zaenab (makamnya di Bawean).
Ibrahim Asmorokondi berasal dari negeri Samarkhand (negaranya Imam Bukhori, penyusun kitab hadits termasyur). Dari Samarkhand hijrah ke Kamboja dan di Kamboja beliau menikah dengan putrinya pembesar Kamboja yang bernama Kuntara. Kemudian kakak iparnya Ibrahim, yang namanya Murdaningrum dinikah oleh Prabu Brawijaya Majapahit.
Turunya Ilham Ruhi
Setelah dari makam Ibrahim Asmorokondi lalu berjalan hingga sampai di Bonang Tuban, ditempat yang namanya Pasujudan dan disitulah turun ilham ruhi 9 surat dari Fatehah sampai wal asri. Setelah 7 hari di pasujudan, lalu berjalan lagi hingga pekalongan, disana turun Ilham ruhui, yaitu Istigfar, sholawat dan baqiyatus Sholihat (Subhanalloh, Alhamdulillah dan Allohu Akbar). Lalu meneruskan perjalanan lagi hingga sampai di gunung Sembung Cirebon, bermalam disana, dimakamnya Syeikh Dzatul Kahfi (Syeikh Nurul Iman). Nama lain dari Syeikh Dzatul Kafi yaitu Syekh Nurjati dikenal sebagai tokoh perintis dakwah Islam di wilayah Cirebon. Beliau menggunakan nama Syekh Nurjati pada saat berdakwah di Giri Amparan Jati, yang lebih terkenal dengan nama Gunung Jati, sebuah bukit kecil dari dua bukit, yang berjarak + 5 km sebelah utara Kota Cirebon, tepatnya di Desa Astana Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon.[4] Disana turunlah Ilham ruhi Nafi Isbat yaitu dzikir Laa Ilaaha Illalloh. Setelah beberapa malam disana, lalu berjalan lagi menuju Banten. Mendekati Banten turun Ilham ruhi Asmaul Khusna (ya rohman ya rohim. Ya qorib ya mujib, ya fattah ya rozzaq, ya hafidzh ya nashir) sampai masuk banten. Lalu bermalam di makamnya Maulana Yusuf Kasembon Banten beberapa malam. Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan merupakan putra dari Maulana Hasanuddin pendiri Kesultanan Banten. Ia melanjutkan kekuasaan bapaknya di Banten dalam rentang waktu 1570 - 1585.[5]Disana beliau mujahadah dibawahnya pohon jati yang sekarang dongkelnya beliau pindah ke lokasi istianah. Disitu turun lagi ilham ruhi doa, Ya Qodliyal Hajat, Ya Mujiabad Da’wat dst.
Pemberian Nama Doa Kautsaran
Doa menurut Bahasa, adalah ath-thalabu yang berarti permohonan atau an-nidaa’u yang berarti panggilan. Sedangkan menurut istilah sya’I, doa adalah meminta pertolongan kepada Allah swt., berlindung kepada-Nya dan memanggil-Nya demi mendapatkan manfaat atau kebaikan, dan menolak gangguan atau bala’.[6] Bila di tinjau kata Doa di dalam al-Quran itu banyak sekali, tetapi dari semua kata doa itu memiliki arti yang berbeda-beda, antara lain sebagai berikut:[7]
a.       Arti Ibadat
وَلاَ تَدْ عُ مِنْ دُ وْ نِ اللهِ ماَ لاً يَنْفَعُكَ وَ لاَ يَضُرُّ كَ
Artinya: “dan Janganlah kamu beribadat kepada selain Allah, yaitu kepada sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat kepada kamu dan juga tidak dapat memberimu mudharat kepada kamu.[8]
b.      Arti memohon pertolongan
وَادْ عُوْا شُهَدَا ءَ كُمْ مِنْ دُ وْ نِ للهِ
Artinya: “dan mohonlah pertolongan kamu kepada para pembantu kamu selain Allah”.[9]
c.       Arti panggilan
يَوْمَ يَدْ عُكُمْ
Artinya: “(Yaitu) Pada hari Dia memanggil kamu”.[10]
d.      Arti perkataan
دَعْوَا هُمْ فِيْهَا سُبْحَا نَكَ اللهُمَّ
Artinya: “perkataan mereka didalamnya (surga): subhananaka Allohumma (maha suci engkau wahai Tuhanku)”.[11]
e.       Arti pujian
قُلِ ادْ عُوْ اللهَ اَ وِا دْعُواالرَّ حْمنِ
Artinya: “katakanlah pujilah Allah atau pujulah Rahman”.[12]
f.       Arti permohonan
اُدْعُوْنِيْ اَ سْتَجِبْ لَكُمْ
Artinya: “mohonlah kamu kepada-Ku, pasti Aku akan mengabulkan permohonanmu”.[13]
Adapun fungsi dari Doa yang terdapat dalam hadits Nabi Muhammad SAW, antara lain sebagai berikut:[14]
a.       Sebagai Ibadah
قَا لَ رَ سُوْ لُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: اادُّ عّا ءُ هُوَ الْعِبَا دَةِ
Artinya: bersabda Rosulullah SAW: Doa itu Ibadah.
b.      Sebagai otaknya ibadah
قَا لَ رَ سُوْ لُ اللِه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: الدُّعَا ءُ مُخُّ الْعِبَا دَة
Artinya: Bersabda Rasulullah SAW: “Doa itu otaknya Ibadah”
c.       Sebagai kuncinya Rahmad
قَا لَ رَ سُوْ لُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: الدُّعَا ءُ مِفْتَا حُ الرَّ حْمَةِ
Artinya: “ Bersabda Rasulullah SAW. : Doa itu kuncinya rahmad
d.      Sebagai senjata bagi orang mukmin
قَا لَ رَ سُوْ لُ اللِه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: الدُّعَا ءُ سِلَا حُ الْمُؤْ مِنِ
Artinya: bersabda Rasulullah SAW. : Doa itu senjatanya orang mu’min
e.       Sebagai tiang agama
قَا لَ رَ سُوْ لُ اللِه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: الدُّعَا ءُ عِمَا دُ الدِّ يْنِ
Artinya: bersabdala Rasulullah SAW : Doa itu tiangnya agama
f.       Menjadi cahaya langit dan bumi
قَا لَ رَ سُوْ لُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: الدُّعَا ءُ نُوْ رُ السَّمَوَا تِ وَالْاَ رْضِ
Artinya: bersabda Rasulullah SAW. Doa itu jadi cahayanya langit dan bumi.
g.      Bisa menjadi tentaranya Allah
قَا لَ رَ سُوْ لُ اللِه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: الدُّعَا ءُ جُنْدُ مِنْ اَجْنَاَ اللهِ
Artinya: Bersabdalah Rasulullah SAW Doa itu tentara dari tentaranya Allah swt
h.      Bermanfaat terhadap sesuatu yang telah turun dan yang belum turun
قَا لَ رَ سُوْ لُ اللِه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: الدُّعَا ءُ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَ لَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلُ
Artinya: bersabda Rasulullah SAW Doa itu bermanfaat terhadap sesuatu yang telah turun dan dari sebagian sesuatu yang belum turun.
i.        Bisa menolak balak
قَا لَ رَ سُوْ لُ اللِه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: الدُّعَا ءُ يَرُدُّ الْبَلَاءِ
Artinya: bersabdalah Rasulullah SAW Doa itu bisa menolak balak.
Setelah turun doa itu lama beliau tunggu tidak ada ilham ruhi yang turun lagi. Karena sudah tidak ada yang turun lagi, lalu beliau susun menurut ilham ruhi. Jadi susunan doa kautsaran itu, baik isinya maupun urutannya bukan dari pikiran beliau, melainkan atas bimbinggan ilham ruhi.
Kemudian setelah selesai, beliau mencari nama untuk wirid tersebut, lama beliau mencarinya. Akhirnya beliau baca ihdinas shirotol mustaqim 10x dan ya hadi 10x lalu sujud mohon petunjuk kepada Allah.[15] Dan ditengah-tengah sujud mohon petunjuk kepada Allah. Dan ditengah-tengah sujud itulah beliau mendengar orang membaca surat inna a’toinaakal kautsar, dari situ kemudian beliau namakan kautsaran.
Oleh karena namanya kautsaran (berasal dari kalimat kautsar) yang berarti kebaikan yang banyak, maka kautsaran itu bisa untuk segala macam keperluan, bukan hanya untuk mendoakan orang mati saja. Kautsaran bisa untuk masalah dunia dan akherat, bisa untuk mengatasi berbagai macam kesulitan. Demikianlah sekilas sejarah penyusunan dan penamaan kautsaran. Jadi yang menyusun wirid Kautsaran itu adalah beliau sendiri berdasarkan ilham ruhi.
Pembuktian Hikmah Kautsaran
Setelah tersusunnya doa Kautsaran tersebut lalu beliau amalkan sendiri hingga setahun, dan diantara latar belakang pengamalan kautsaran waktu itu agar bisa membeli Kitab Ihya’ ulumuddin 4 jilid. Dan alhamdulillah setelah beliau amalkan selama satu tahun (1957), Allah memberikan rizqi pada beliau, maka beliau langsung ke Surabaya (ke toko buku Kairo) untuk mencari  kitab tersebut, yang ternyata hanya tinggal 1 set dan langsung beliau beli dengan harga 200 ribu.
Kemudian pada jilid yang ke 3nya beliau tulis nama, tanggal an tahun pembelian serta tokomya. Kenapa dijilid yang ke 3, karena pada jilid tersebut terdapat bab ajaibul qolbi (keajiban hati). Baru waktu itu beliau tahu langsung kitab ihya, yang sebelumnya hanya informasi saja dari berbagai kitab. Setelah beliau buka dan beliau baca, masyaallah begitu luas dan dalamnya. Diantaranya hanya dikitab ihya lah satu-satunya kitab di dunia ini yang membahas persoalan syukur secara tuntas yakni pada jilid 4. Di kitab lainnya beliau belum pernah bertemu yang membahas masalah syukur dengan begitu hebatnya.
Kitab ihya itu merupakan bintangnya kitab tasawuf seluruh dunia, kitab monumental tasawuf yang masyrur karya imam ghozali. Dan tidak hanya bisa membeli kitab ihya ulumuddin saja, setelah beliau mengamalkan Kautsaran, alhamdulillah semua yang beliau inginkan, Allah memberikan kemudahan (dikabulkan semuanya oleh Allah). Melihat keajaiban ini lama-lama beliau takut sendiri, semua yang beliau terima ini merupakan penglulon ataukah Ridho dari Allah. Karena pemberian itu ada 2 macam, ada yang karena di lulu ada yang karena di ridhoi. Kalau dilulu, maka lebih baik tidak usah diberi saja, tapi kalau dengan ridho, itu yang beliau minta. Waktu itu beliau masih di lamongan, hammpir-hampir setengah kaya, sudah punya tambak, punya dua toko kain. Punya usaha mebel, punya usaha sarung goyor, sampai punya karyawan sejumlah 40 orang.
2.      Komposisi Doa Kautsaran
Doa Kautsaran dapat dikelompokkan menjadi 5 bagian, yaitu:[16]
a.       Bagian yang berisi surat-surat Al Quran, yaitu:
1)      Surat Al Fatehah (Surat ke 1)
2)      Surat Al Ikhlas (Surat ke 112)
3)      Surat Al Falaq (Surat ke 113)
4)      Surat An Nas (Surat ke 114)
5)      Surat Alam Nasroh (Surat ke 94)
6)      Surat Al Qodar (Inna Anzalnaahu), (Surat ke 97)
7)      Surat Al Kautsar (Surat ke 108)
8)      Surat An Nashr (Idza Jaa-a), (Surat ke 110)
9)      Surat Al Ashr (Wal Ashri), (Surat ke 103)
b.      Bagian Kedua
1)      Istighfar
2)      Sholawat Nabi
3)      Subhanallah
4)      Alhamdulillah
5)      Allohu Akbar
(Termasuk Baqiyatush Sholihat)
c.       Bagian Ketiga
Tahlil
d.      Bagian Ke Empat: Asmaul Khusna
1)      Ya Rohman – Ya Rohim
2)      Ya Qorib – Ya Mujib
3)      Ya Fattah – Ya Rozaq
4)      Ya Hafidh – Ya Nashir
e.       Bagian Ke Lima : Doa Sapu Jagad
3.      Proses penyebaran Doa Kautsaran
Pada awalnya sang Mursyid hanya mengamalkan sendiri. Setelah selama setahun beliau mengamalkan, ternyata banyak berkah yang beliau dapatkan. Kemudian beliau mendirikan pondok pesantren di Losari, Ploso Jombang. Sehingga di pondok itulah beliau memulai menyebarkan Doa Kautsaran kepada santri-santrinya. Tahun 1973 mulai membangun pesantren, tahun 1974 berdiri pesantren yang bernama Majmaal Bahrain, kemudian tahun 1981 membentuk Jami’iyah Kautsaran Putri. Jadi jarak antara awal turunnya ilham ruhi (penyusunan wirid kautsaran) dengan pembentukan Jamiiyah Kautsaran Putri cukuplah lama.
Dimasa awal terbentuknya jamiiyah kautsaran Putri anggotanya hanya 25 orang. Waktu itu ada yang usul, si A saja yang jadi pengurus karena pinter dan berpotensi jawab beliau, beliau tidak cari yang pinter, kalau pinter bisa berkembang itu biasa, tetapi kalau bodoh bisa berkembang itu malah luar biasa.
Banyak alasan dalam pendirian jamiiyah Kautsaran Putri, antara lain sebgai berikut:[17]
a.       Dalam Al Quran terdapat ummul qurro’ (Ibu Kota), tidak ada istilah Bapak Kota
b.      adanya peran seorang perempuan dalam sejarah
1)      Nabi Nuh ketika masih bayi akan dibunuh Raja Mardan, tetapi ibunya yang bernama Fainusa menyelamatkannya
2)      Nabi Ibrahim saat dicari Namrud, diselamatkan ibunya dan disembunyikan didalam gua. Ibunya bernama Layyusa
3)      Nabi Musa tanpa ayah, tetapi di asuh oleh ibunya sendiri yaitu  Maryam
4)      Nabi Muhammad juga di asuh ibunya yang bernama Aminah karena mulai darikandungan sudah di tinggal ayahnya.
c.       Dalam surat ke 114 dinamakan surat wanita (An Nisa), tidak ada surat laki-laki (Ar Rijal)
d.      Adanya istilah Ibu pertiwi
e.       Pada Lagu Kebangsaan Indonesia terdapat kalimat “ jadi pandu ibuku …”
f.       Adanya hari ibu bukan hari bapak
g.      Yang menyambut Islam pertama kali yaitu siti Khodijah
Setelah jami’iyah kautsaran putri itu terbentuk berkembang ke luar daerah Jombang bahkan berkembang di beberapa daerah yang ada di Indonesia. Setiap tahun juga memiliki agenda silaturrahmi dan tasyukuran Kautsaran. Agenda tersebut dimulai tahun 2001 Tahun 2015 ini ada di Sidoarjo tepatnya tanggal 1 Nopember 2015.
4.      Manfaat Doa Kautsaran
Susunan doa kautsaran hampir mirip dengan tahlil. Doa Kautsaran itu mempunyai berbagai macam fungsi (multi fungsi), akan tetapi kalau tahlil khusus ditujukan pada orang meninggal (mufrod fungsi). Adapun manfaat doa kautsaran sebagai berikut:
a.       Doa Kautsaran bisa digunakan untuk mendoakan orang yang sudah wafat, karena dalam doa tersebut juga ada kalimat tahlil yaitu laa ilaaha illalloh
b.      Doa Kautsaran juga bisa digunakan untuk mendoakan seseorang agar selamat
c.       Doa Kautsaran bisa digunakan untuk mendoakan anak yang dikhitan
d.      Doa Kautsaran juga bisa digunakan untuk memulai menanam padi dan tembakau
e.       Doa Kautsaran bisa digunakan untuk mendoakan keluarga, satu desa, satu kecamatan, satu wilayah, bahkan Negara agar selamat.
f.       Doa Kautsaran bukan hanya untuk mendoakan orang yang sudah wafat saja melainkan juga orang yang masih hidup
g.      Doa Kautsaran bisa digunakan untuk mendoakan pernikahan tapi kalua untuk cerai tidak diperbolehkan.
Doa kautsaran bisa dilakukan bisa dilakukan sendiri dan jamaah. Apabila ada orang yang sering tertimpa musibah, kemudian mengumpulkan teman-temannya se-jami’iyah Kautsaran, di ajak kautsaran selama 7 hari, insyaallah musibah yang berturut-turut itu akan berhenti. Lebih-lebih kalua yang kautsaran itu 40 orang lebih. Sebab berdoa bersama-sama (40 orang) itu sama dengan doa satu wali. Adnya hal ini juga menjadi latar belakang berdirinya jamiiyah kautsaran putri yang sudah dijelaskan diatas.
D.    KESIMPULAN
Doa Kautsaran berbeda dengan doa-doa pada umumnya. Doa ini memiliki sejarah tersendiri. Doa ini turun pada seseorang berdasarkan ilham ruhi. Beliau adalah Kyai Muchammad Muchtar Mu’thi. Ilham ruhi itu mulai turun ketika beliau melaksanakan musafir dari daerah satu kedaerah lain, dari makam satu ke makam lain. pemberian nama doa kautsaran juga berdasarkan keadaan yang ada. Setelah beliau mengamalkan selam setahun beliau mendapat banyak keberkahan dari Doa Kautsaran. Sehingga digunakanlah kata kautsaran yang berasal dari kata Al Kautsar artinya banyak keberkahan. Tidak hanya beliau saja yang mengamalakan melainkan beliaua juga menyebarkan doa itu dengan cara mendirikan pondok pesantren dan memberikan ke santri-santrinya. Tahun 1981, beliau juga mendirikan organisasi jamiiyah kautsaran Putri yang saat ini berkembang menjadi 38 cabang yang ada di Indonesia. Manfaat yang diperoleh dari pengamalan doa kautsaran tentunya sangat banyak sekali. Yang paling penting adalah istiqomah dalam pengamalan dan percaya Allah akan mengabulkan.
Hakikat doa adalah seorang hamba menampakkan bahwa dirinya benar-benar membutuhkan Allah Yang Maha Suci, dengan melepaskan diri dari segala kekuatan dan daya manusia, serta hanya berlindung kepada dzat Yang Maha Kuat dan Maha Mulia. Apapun doa yang di panjatkan tidak pernah ada larangan. Madzab ahlus Sunnah Wal Jamaah mengatakan bahwa hukum berdoa adalah wajib. Hanya saja doa tidaklah dikabulkan kecuali sesuai dengan takdir. Dan selamanya tidak ada pertentangan antara doa dan takdir atau ketentuan Allah. Karena doa hanyalah salah satu sebab. Dengan berkah doa tersebut, Allah menyelesaikan banyak urusan seorang hamba, mewujudkan keinginannya dan juga menolak segala bencana darinya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik. Sejarah dan Masyarakat. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987.
Ali, Al-Mahdali dan Muhammad Aqil bin. Mengenal Tarekat Sufi. Jakarta: Pustaka Pelajar, 2001.
Ikhwan Roudlur Riyyahiin dan Minal Maqooshidil Quranil Mubinn. Keunikan Thoriqoh Shiddiqiyyah. Jombang: CV. Al-Ikhwan, 2013.
Kartodirjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia, 1993.
Kasdi, Aminuddin. Memahami Sejarah. Surabaya: UUP, 2011.
Masyhuri, A. Aziz (Penghimpun), Permasalahan Thariqoh: Hasil Kesepakatan Muktamar dan Musyawarah Besar Jamiiyah Ahlith Thariqoh, al Mu’tabaroah Nadhatul Ulama (1957-2005). Surabaya: Khalista, 2006.
Muchtar Mu’thi, Moch.  Jejak perjuangan Thoriqoh Shiddiqiyah. Jombang: Dewan Pimpinan Pusat Dhibra, 2002.
Mulyati, Sri. Mengenal dan Memahami Tarekat Mu’tabaroh di Indonesia. Jakarta: Penerbit Kencana, 2005.
Nasih  A. Munajin. Sepenggal Perjalanan Hidup Sang Mursyid. Jombang: Al-Ikhwan, 2006.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid II. Jakarta: UI Press, 2002.
Pranoto. Sejarah Thoriqoh Shiddiqiyyah Fase Pertama: Kelahiran Kembali Nama Thoriqoh Shiddiqiyyah. Jakarta: Aspeka Pratama, 2014.
Zambroni, Zamrono DR. Pengantar pengembangan teori islam. Jakarta: Tiara Wacana, 2005.


[1] Muhammad Aqil bin Ali Al-Mahdali, Mengenal Tarekat Sufi (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2001), 3.
[2] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid II (Jakarta: UI Press, 2002), 76.
[3] Syeich Muchtarullah Al MUstajaba, Sejarah Penyusunan Doa Kautsaran (Jombang: Al Ikhwan), 4
[4] Rodovid dalam http://id.rodovid.org/wk/Orang:857400 (5 Nopember 2015)
[6] Ahmad Bin Abdullah Isa, Ensiklopedi Doa dan Wirid Shohih (Surabaya: Pustaka, 2006), 51
[7] Ust. TM. Sanihiyah, Himpunan Doa dan Dzikir (Surabaya: Al Falah), 9-11.
[8] al-Qur’an, 10 (Yunus): 108
[9] al-Qur’an, 2 (Al Bqarah): 23
[10] al-Qur’an, 17 (Al Isra’): 52
[11] al-Qur’an, 10 (Yunus): 10
[12] al-Qur’an,  ():
[13] al-Qur’an,  40 (Al Mu’min): 60
[14] Syeich Muchtarullah Al Mustajaba, Sejarah Penyusunan Doa Kautsaran (Jombang: Al Ikhwan,2014),39-42.
[15] Ibid,. Syeich Muchtarullah Al Musjtaba, 7.
[16] Ibid,. Syeich Muctarullah Al Mustjaba, 45-46.
[17] Ibid,. Syeich Muctarullah Al Mustjaba, 13-15.
 semoga bermanfaat
alhamdulillahirobbil alamin
wassalamualaikum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.