Assalamualaikum..
salam warga 10. semoga senantiasa menadapat berkat rohmat dan yasro dari Alloh ta'ala.
Atas berkat rohmat Alloh yang maha kuasa. pada hari ahad kemarin waktu musda kabupaten jepara admin ikut untuk mengambil dokumentasi dan dalam rangka undangan untuk hadir musda. disitu banyak diterangkan mengenai cara sukses dalam melaksanakan organisasi shiddiqiyyah dan untuk sukses hal lain. hadir pada waktu itu dewan penasehat orshid bapak kholifah Ahmad Muizudin. salah satu yang menjadi pesan dan bekal bagi pengurus orshid jepara adalah untuk senantiasa mengamalkan kautsaran. karena kautsaran merupakan doa dari ilham ruhi bukan karang Sang Mursyid. sehingga doa itu bisa untuk sarana perjuangan. bahkan dikisahkan bagaimana perjalan untuk mendapatkan amalan kautsaran dan juga hikmah yang telah dipraktekan sang Mursyid sebelum akhirnya di ijazahkan kepada setiap murid shiddiqiyyah. dulu rumah dan pondok sederhana dari bambu, muridnya juga sedikit sekarang fakta membuktikan pesantren menjadi besar dan muridnya dimana-mana samapai keluar negeri.
berikut kami copas perjalanan sang mursyid mendapatkan doa kautsaran..
copas dari..http://niashusanty.blogspot.co.id/2016/11/doa-kautsaran-pada-tarekat-shiddiqiyyah.html
monggo bisa disimak ulasan sebagai berikut...
Mursyid Thoriqoh shiddiqiyyah : Kyai Muchamad Muchtar Mu'thi
DOA KAUTSARAN PADA TAREKAT SHIDDIQIYYAH
A.
PENDAHULUAN
Agama memiliki peran yang sangat
penting bagi perkembangan dunia. Agama merupakan alat untuk menganalisis
hubungan sistem keagamaan dan sisten tindakan. Agama juga dapat menguatkan
keteraturan hidup masyarakat. Peran agama dapat dilihat dari segi budaya
seperti adat-istiadat. Dalam agama juga disebutkan bahwa manusia harus
menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Jika hal itu
dilakukan akan membawa ketentraman dan ketenangan bagi hidup manusia. Oleh
sebab itu muncullah Tarekat dalam kehidupan manusia.
Pengertian Tarekat secara etimologi yaitu
berasal dari Bahasa Arab Thoriqoh yang artinya jalan, haluan atau
madzab. Kata Thoriqoh merupakan bentuk muannaths (Perempuan), mudzakarnya
(Laki-laki) adalah Thoriq. Thoriqoh sebagaimana Thoriq secara Bahasa
dapat dilihat dalam simbol-simbol konkrit seperti garis pada sesuatu atau
lubang-lubang pada bumi, serta segala sesuatu yang bagian-bagiannya saling
menempel atau sebagiannya terletak di atas yang lain. Sedangkan secara abstrak Thoriqoh
berarti kondisi atau petualangan, baik atau buruk. Tarekat juga mempunyai
arti yang merujuk pada segolongan orang-orang yang dipandang mulia, yaitu
orang-orang yang dihormati dan diakhiri oleh masyarakat karena keluhuran
jiwanya.[1]
Tarekat secara sederhana dapat
diartikan sebagai cara, jalan atau metode untuk mendekatkan diri pada Allah
SWT. Menurut Harun Nasution, tarekat adalah jalan yang ditempuh para calon sufi
untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.[2]
Sebenarnya membicarakan tarekat tentu tidak bisa terlepas dengan tasawuf karena
pada dasarnya tarekat itu sendiri bagian dari tasawuf. Di dunia Islam tasawuf
telah menjadi kegiatan kajian keislaman dan telah menjadi sebuah disiplin ilmu
tersendiri. Landasan tasawuf yang
terdiri dari ajaran nilai moral dan etika kebaikan, kearifan, keikhlasan serta
olah jiwa dalam suatu kekhusyuan telah terpancang kokoh sebelum ilmu tasawuf
ini membuka pengaruh mistis keyakinan dan kepercayaan sekaligus lepas dari
saling keterpengaruhan dengan berbagai kepercayaan atau mistis lainnya.
sehingga kajian tasawuf dan tarekat tidak bisa dipisahkan dengan kajian
terhadap pelaksanaan di lapangan.
Dalam hal ini praktek ubudiyah dan
Muamalah dalam tarekat, walaupun sebenarnya kegiatan tarekat sebagai sebuah
institusi lahir belasan abad sesudah adanya konkrit pendekatan kepada Allah
yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW kemudian diteruskan oleh
sahabat-sahabatnya, tabiin, lalu tabiat dan seterusnya sampai kepada
auliyaullah dan sampai sekarang ini. Garis yang menyambung sejak Nabi hingga
sampai syaikh tarekat yang hidup saat ini yang lainnya dikenal dengan silsilah
tarekat.
Tarekat Shiddiqiyyah adalah salah
satu dari sekian banyak tarekat yang berkembang diseluruh dunia. Konon tarekat
ini sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW, meskipun pada masa itu belum
menggunakan nama Tarekat Shiddiqiyyah. Menurut mursyid Tarekat Shiddiqiyyah di
Indonesia yakni KH. Muhammad Muchtar bin Abdul Muthi, nama Tarekat ini berasal
dari gelar yang diberikan Rasulullah SAW kepada sahabat Abu Bakar, yaitu
as-Shiddiq, ketika Rasul menceritakan pengalamannya seusai melaksanakan
perjalanan Isra dan Miraj kepada penduduk Makkah, kala itu.
Meskipun diyakini berasal dari Nabi
Muhammad SAW, keadaan Tarekat ini pernah melalui segala rintangan dan halangan
dalam perkembangannya. Tarekat ini awalnya termasuk Tarekat yang tidak sah (Ghairuh
Mu’tabaroh), tetapi tahun 2009 sesuai dengan keputusan kongres nasional
pimpinan jami’iyah ahli Thoriqoh Mu’tabaroh Indonesia (JATMI) tarekat
ini telah direkomendasikan dan dimasukkan dalam 40 daftar Tarekat Mu’tabaroh.
Tarekat ini memiliki amalan dengan
nama yang cukup menarik diteliti yakni Doa Kautsaran dimana didalamnya terdapat
bacaan-bacaan doa. Proses turunnya doa kautsaran ini juga tidak langsung turun
semua begitu saja, tetapi ada prosesnya secara berangsur-angsur melalui ilham
ruhi yang didapat oleh Mursyid Tarekat Shiddiqiyyah. Perkembangannya pun cukup
menarik mulai dari penamaan doa sampai penyebarannya. Manfaatnya pun juga sudah
banyak dirasakan oleh yang mengamalkan. Untuk lebih jelasnya dalam makalah ini
akan dibahas mengenai perkembangan doa kautsaran beserta manfaat yang
diperoleh.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Proses Turunnya Doa Kautsaran Pada Tarekat
Shiddiqiyyah di Losari, Ploso, Jombang,
Jawa Timur?
2. Bagaimana Proses Penyebaran Doa Kautsaran Pada Tarekat
Shiddiqiyyah di Losari, Ploso, Jombang, Jawa Timur?
3. Apa manfaat Doa Kautsaran bagi yang sudah mengamalkannya dari
masa ke masa?
C.
PEMBAHASAN
1.
Proses Turunnya Doa Kautsaran
Doa kautsaran tidaklah ada begitu saja, namun melalui proses yang begitu
panjang, ada safarinya dari satu tempat ke tempat lainnya, dari satu makam ke makam
lainnya dan semuanya melalui tuntunan ilham ruhi.[3] Semuanya
berawal dari dorongan hadits nabi yang memerintahkan untuk melakukan perjalanan
(menjadi musafir),
قَا لَ
رَ سُوْ لُ اللِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمُ : سَافِرُوْا تَصِحُّوْا وَ تَرْ
زَقُوْا
Artinya: “Bersabdalah
Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam: bermusafirlah (berpergianlah), kamu
akan diberi kesehatan dan kamu akan diberi rizki”.
Hadits diatas
berisi:
a. Perintah musafir (berjalan jauh menuju satu tujuan). Musafir itu
mempunyai dua makna:
1) Musafir fisik atau musafir jasmani ialah perjalanan dengan kaki
dhohir
2) Musafir non fisik atau musafir ruhani ialah berjalannya pikiran
(pikiran memikirkan sesuatu yang bermanfaat, memikirkan keajaiban-keajaiban
ciptaanNYA Allah dan sebagainya)
b. Jika musafir itu dilakukan, maka akan tasikh-khu (akan
diberi kesehatan oleh Allah). Baik kesehatan jasmani maupun kesehatan ruhani
(sehat akal, sehat pikir, sehat hati dll.). jadi kesehatanpun ada 2, ada
kesehatan jasmani dan kesehatan ruhani.
c. Jika mau musafir (mau melakukan perjalanan jauh) maka juga akan waturzaqu
(diberi rizqi oleh Allah). Rizqipun ada 2 macam, ada rizki materi ada rizki non
materi yaitu rizki ilmu (kefahaman)
Dan atas dorongan hadits inilah, maka pada tahun 1956, beliau mulai melakukan musafir sendirian. Dan selama
musafir itu beliau juga mengamalkan wirid khusus, yang tidak noleh dikerjakan
dengan duduk, melainkan harus dengan jalan. Apa yang diwiridkan, tidak usah beliau ceritakan disini.
Melakukan Musafir
Perjalanan sang mursyid diawali dari makamnya Maulana Ibrahim Asmorokondi
di Palang Tuban. Ibrahim Asmorokondi adalah ayahnya Sunan Ampel. Beliau punya
dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Yang laki-laki Ali Murtadho
(makamnya di Bedilan Gresik Kota) dan Ali Rohmatulloh (Sunan Ampel). Yang
permpuan namanya Siti Zaenab (makamnya di Bawean).
Ibrahim Asmorokondi berasal dari negeri Samarkhand (negaranya Imam Bukhori,
penyusun kitab hadits termasyur). Dari Samarkhand hijrah ke Kamboja dan di
Kamboja beliau menikah dengan putrinya pembesar Kamboja yang bernama Kuntara.
Kemudian kakak iparnya Ibrahim, yang namanya Murdaningrum dinikah oleh Prabu
Brawijaya Majapahit.
Turunya Ilham Ruhi
Setelah dari
makam Ibrahim Asmorokondi lalu berjalan hingga sampai di Bonang Tuban, ditempat
yang namanya Pasujudan dan disitulah turun ilham ruhi 9 surat dari Fatehah
sampai wal asri. Setelah 7 hari di pasujudan, lalu berjalan lagi hingga
pekalongan, disana turun Ilham ruhui, yaitu Istigfar, sholawat dan baqiyatus
Sholihat (Subhanalloh, Alhamdulillah dan Allohu Akbar). Lalu meneruskan
perjalanan lagi hingga sampai di gunung Sembung Cirebon, bermalam disana,
dimakamnya Syeikh Dzatul Kahfi (Syeikh Nurul Iman). Nama lain dari Syeikh
Dzatul Kafi yaitu Syekh Nurjati dikenal sebagai tokoh perintis dakwah Islam di
wilayah Cirebon. Beliau menggunakan nama Syekh Nurjati pada saat berdakwah di
Giri Amparan Jati, yang lebih terkenal dengan nama Gunung Jati, sebuah bukit
kecil dari dua bukit, yang berjarak + 5 km sebelah utara Kota Cirebon, tepatnya
di Desa Astana Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon.[4]
Disana turunlah Ilham ruhi Nafi Isbat yaitu dzikir Laa Ilaaha
Illalloh. Setelah beberapa malam disana, lalu berjalan lagi menuju Banten.
Mendekati Banten turun Ilham ruhi Asmaul Khusna (ya rohman ya rohim. Ya
qorib ya mujib, ya fattah ya rozzaq, ya hafidzh ya nashir) sampai masuk
banten. Lalu bermalam di makamnya Maulana Yusuf Kasembon Banten beberapa malam.
Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan merupakan putra dari Maulana
Hasanuddin pendiri Kesultanan Banten. Ia
melanjutkan kekuasaan bapaknya di Banten dalam rentang
waktu 1570 - 1585.[5]Disana
beliau mujahadah dibawahnya pohon jati yang sekarang dongkelnya beliau pindah
ke lokasi istianah. Disitu turun lagi ilham ruhi doa, Ya Qodliyal Hajat, Ya
Mujiabad Da’wat dst.
Pemberian Nama Doa Kautsaran
Doa
menurut Bahasa, adalah ath-thalabu yang berarti permohonan atau an-nidaa’u
yang berarti panggilan. Sedangkan menurut istilah sya’I, doa adalah meminta
pertolongan kepada Allah swt., berlindung kepada-Nya dan memanggil-Nya demi
mendapatkan manfaat atau kebaikan, dan menolak gangguan atau bala’.[6]
Bila di tinjau kata Doa di dalam al-Quran itu banyak sekali, tetapi dari semua
kata doa itu memiliki arti yang berbeda-beda, antara lain sebagai berikut:[7]
a. Arti
Ibadat
وَلاَ
تَدْ عُ مِنْ دُ وْ نِ اللهِ ماَ لاً يَنْفَعُكَ وَ لاَ يَضُرُّ كَ
Artinya:
“dan Janganlah kamu beribadat kepada selain Allah, yaitu kepada sesuatu yang
tidak dapat memberi manfaat kepada kamu dan juga tidak dapat memberimu mudharat
kepada kamu.[8]
b.
Arti
memohon pertolongan
وَادْ
عُوْا شُهَدَا ءَ كُمْ مِنْ دُ وْ نِ للهِ
Artinya: “dan
mohonlah pertolongan kamu kepada para pembantu kamu selain Allah”.[9]
c.
Arti
panggilan
يَوْمَ
يَدْ عُكُمْ
Artinya:
“(Yaitu) Pada hari Dia memanggil kamu”.[10]
d.
Arti
perkataan
دَعْوَا
هُمْ فِيْهَا سُبْحَا نَكَ اللهُمَّ
Artinya:
“perkataan mereka didalamnya (surga): subhananaka Allohumma (maha suci engkau
wahai Tuhanku)”.[11]
e.
Arti
pujian
قُلِ
ادْ عُوْ اللهَ اَ وِا دْعُواالرَّ حْمنِ
Artinya:
“katakanlah pujilah Allah atau pujulah Rahman”.[12]
f.
Arti
permohonan
اُدْعُوْنِيْ
اَ سْتَجِبْ لَكُمْ
Artinya:
“mohonlah kamu kepada-Ku, pasti Aku akan mengabulkan permohonanmu”.[13]
Adapun fungsi dari Doa yang terdapat dalam hadits Nabi Muhammad
SAW, antara lain sebagai berikut:[14]
a.
Sebagai
Ibadah
قَا
لَ رَ سُوْ لُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: اادُّ عّا ءُ هُوَ الْعِبَا
دَةِ
Artinya:
bersabda Rosulullah SAW: Doa itu Ibadah.
b.
Sebagai
otaknya ibadah
قَا
لَ رَ سُوْ لُ اللِه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: الدُّعَا ءُ مُخُّ الْعِبَا
دَة
Artinya:
Bersabda Rasulullah SAW: “Doa itu otaknya Ibadah”
c.
Sebagai
kuncinya Rahmad
قَا لَ رَ سُوْ لُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: الدُّعَا ءُ
مِفْتَا حُ الرَّ حْمَةِ
Artinya: “
Bersabda Rasulullah SAW. : Doa itu kuncinya rahmad
d.
Sebagai
senjata bagi orang mukmin
قَا لَ رَ سُوْ لُ اللِه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: الدُّعَا ءُ
سِلَا حُ الْمُؤْ مِنِ
Artinya:
bersabda Rasulullah SAW. : Doa itu senjatanya orang mu’min
e.
Sebagai
tiang agama
قَا
لَ رَ سُوْ لُ اللِه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: الدُّعَا ءُ عِمَا دُ الدِّ
يْنِ
Artinya:
bersabdala Rasulullah SAW : Doa itu tiangnya agama
f.
Menjadi
cahaya langit dan bumi
قَا
لَ رَ سُوْ لُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: الدُّعَا ءُ نُوْ رُ
السَّمَوَا تِ وَالْاَ رْضِ
Artinya:
bersabda Rasulullah SAW. Doa itu jadi cahayanya langit dan bumi.
g.
Bisa
menjadi tentaranya Allah
قَا لَ رَ سُوْ لُ اللِه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: الدُّعَا ءُ
جُنْدُ مِنْ اَجْنَاَ اللهِ
Artinya:
Bersabdalah Rasulullah SAW Doa itu tentara dari tentaranya Allah swt
h.
Bermanfaat
terhadap sesuatu yang telah turun dan yang belum turun
قَا
لَ رَ سُوْ لُ اللِه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: الدُّعَا ءُ يَنْفَعُ مِمَّا
نَزَ لَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلُ
Artinya:
bersabda Rasulullah SAW Doa itu bermanfaat terhadap sesuatu yang telah turun
dan dari sebagian sesuatu yang belum turun.
i.
Bisa
menolak balak
قَا
لَ رَ سُوْ لُ اللِه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: الدُّعَا ءُ يَرُدُّ
الْبَلَاءِ
Artinya:
bersabdalah Rasulullah SAW Doa itu bisa menolak balak.
Setelah turun
doa itu lama beliau tunggu tidak ada ilham ruhi yang turun lagi. Karena sudah
tidak ada yang turun lagi, lalu beliau susun menurut ilham ruhi. Jadi susunan
doa kautsaran itu, baik isinya maupun urutannya bukan dari pikiran beliau,
melainkan atas bimbinggan ilham ruhi.
Kemudian setelah selesai, beliau mencari nama untuk wirid tersebut, lama beliau
mencarinya. Akhirnya beliau baca ihdinas shirotol mustaqim 10x dan ya
hadi 10x lalu sujud mohon petunjuk kepada Allah.[15] Dan
ditengah-tengah sujud mohon petunjuk kepada Allah. Dan ditengah-tengah sujud itulah
beliau mendengar orang membaca surat inna a’toinaakal kautsar, dari situ
kemudian beliau namakan kautsaran.
Oleh karena namanya kautsaran (berasal dari kalimat kautsar) yang
berarti kebaikan yang banyak, maka kautsaran itu bisa untuk segala macam
keperluan, bukan hanya untuk mendoakan orang mati saja. Kautsaran bisa untuk
masalah dunia dan akherat, bisa untuk mengatasi berbagai macam kesulitan. Demikianlah
sekilas sejarah penyusunan dan penamaan kautsaran. Jadi yang menyusun wirid
Kautsaran itu adalah beliau sendiri berdasarkan ilham ruhi.
Pembuktian Hikmah Kautsaran
Setelah tersusunnya doa Kautsaran tersebut lalu beliau amalkan sendiri
hingga setahun, dan diantara latar belakang pengamalan kautsaran waktu itu agar
bisa membeli Kitab Ihya’ ulumuddin 4 jilid. Dan alhamdulillah setelah beliau
amalkan selama satu tahun (1957), Allah memberikan rizqi pada beliau, maka beliau
langsung ke Surabaya (ke toko buku Kairo) untuk mencari kitab tersebut, yang ternyata hanya tinggal 1
set dan langsung beliau beli dengan harga 200 ribu.
Kemudian pada jilid yang ke 3nya beliau tulis nama, tanggal an tahun
pembelian serta tokomya. Kenapa dijilid yang ke 3, karena pada jilid tersebut
terdapat bab ajaibul qolbi (keajiban hati). Baru waktu itu beliau tahu langsung
kitab ihya, yang sebelumnya hanya informasi saja dari berbagai kitab. Setelah beliau
buka dan beliau baca, masyaallah begitu luas dan dalamnya. Diantaranya hanya
dikitab ihya lah satu-satunya kitab di dunia ini yang membahas persoalan syukur
secara tuntas yakni pada jilid 4. Di kitab lainnya beliau belum pernah bertemu
yang membahas masalah syukur dengan begitu hebatnya.
Kitab ihya itu merupakan bintangnya kitab tasawuf seluruh dunia, kitab
monumental tasawuf yang masyrur karya imam ghozali. Dan tidak hanya bisa
membeli kitab ihya ulumuddin saja, setelah beliau mengamalkan Kautsaran,
alhamdulillah semua yang beliau inginkan, Allah memberikan kemudahan
(dikabulkan semuanya oleh Allah). Melihat keajaiban ini lama-lama beliau takut
sendiri, semua yang beliau terima ini merupakan penglulon ataukah Ridho dari
Allah. Karena pemberian itu ada 2 macam, ada yang karena di lulu ada yang
karena di ridhoi. Kalau dilulu, maka lebih baik tidak usah diberi saja, tapi
kalau dengan ridho, itu yang beliau minta. Waktu itu beliau masih di lamongan,
hammpir-hampir setengah kaya, sudah punya tambak, punya dua toko kain. Punya
usaha mebel, punya usaha sarung goyor, sampai punya karyawan sejumlah 40 orang.
2.
Komposisi Doa Kautsaran
Doa Kautsaran
dapat dikelompokkan menjadi 5 bagian, yaitu:[16]
a.
Bagian
yang berisi surat-surat Al Quran, yaitu:
1)
Surat
Al Fatehah (Surat ke 1)
2)
Surat
Al Ikhlas (Surat ke 112)
3)
Surat
Al Falaq (Surat ke 113)
4)
Surat
An Nas (Surat ke 114)
5)
Surat
Alam Nasroh (Surat ke 94)
6)
Surat
Al Qodar (Inna Anzalnaahu), (Surat ke 97)
7)
Surat
Al Kautsar (Surat ke 108)
8)
Surat
An Nashr (Idza Jaa-a), (Surat ke 110)
9)
Surat
Al Ashr (Wal Ashri), (Surat ke 103)
b.
Bagian
Kedua
1)
Istighfar
2)
Sholawat
Nabi
3)
Subhanallah
4)
Alhamdulillah
5)
Allohu
Akbar
(Termasuk Baqiyatush Sholihat)
c.
Bagian
Ketiga
Tahlil
d.
Bagian
Ke Empat: Asmaul Khusna
1)
Ya
Rohman – Ya Rohim
2)
Ya
Qorib – Ya Mujib
3)
Ya
Fattah – Ya Rozaq
4)
Ya
Hafidh – Ya Nashir
e.
Bagian
Ke Lima : Doa Sapu Jagad
3.
Proses penyebaran Doa Kautsaran
Pada awalnya sang Mursyid hanya mengamalkan sendiri. Setelah selama
setahun beliau mengamalkan, ternyata banyak berkah yang beliau dapatkan. Kemudian
beliau mendirikan pondok pesantren di Losari, Ploso Jombang. Sehingga di pondok
itulah beliau memulai menyebarkan Doa Kautsaran kepada santri-santrinya. Tahun
1973 mulai membangun pesantren, tahun 1974 berdiri pesantren yang bernama
Majmaal Bahrain, kemudian tahun 1981 membentuk Jami’iyah Kautsaran Putri. Jadi
jarak antara awal turunnya ilham ruhi (penyusunan wirid kautsaran) dengan
pembentukan Jamiiyah Kautsaran Putri cukuplah lama.
Dimasa awal terbentuknya jamiiyah kautsaran Putri anggotanya hanya
25 orang. Waktu itu ada yang usul, si A saja yang jadi pengurus karena pinter
dan berpotensi jawab beliau, beliau tidak cari yang pinter, kalau pinter bisa
berkembang itu biasa, tetapi kalau bodoh bisa berkembang itu malah luar biasa.
Banyak alasan dalam pendirian jamiiyah Kautsaran Putri, antara lain
sebgai berikut:[17]
a.
Dalam
Al Quran terdapat ummul qurro’ (Ibu Kota), tidak ada istilah Bapak Kota
b.
adanya
peran seorang perempuan dalam sejarah
1)
Nabi
Nuh ketika masih bayi akan dibunuh Raja Mardan, tetapi ibunya yang bernama
Fainusa menyelamatkannya
2)
Nabi
Ibrahim saat dicari Namrud, diselamatkan ibunya dan disembunyikan didalam gua.
Ibunya bernama Layyusa
3)
Nabi
Musa tanpa ayah, tetapi di asuh oleh ibunya sendiri yaitu Maryam
4)
Nabi
Muhammad juga di asuh ibunya yang bernama Aminah karena mulai darikandungan
sudah di tinggal ayahnya.
c.
Dalam
surat ke 114 dinamakan surat wanita (An Nisa), tidak ada surat laki-laki
(Ar Rijal)
d.
Adanya
istilah Ibu pertiwi
e.
Pada
Lagu Kebangsaan Indonesia terdapat kalimat “ jadi pandu ibuku …”
f.
Adanya
hari ibu bukan hari bapak
g.
Yang
menyambut Islam pertama kali yaitu siti Khodijah
Setelah jami’iyah kautsaran putri itu terbentuk berkembang ke luar
daerah Jombang bahkan berkembang di beberapa daerah yang ada di Indonesia.
Setiap tahun juga memiliki agenda silaturrahmi dan tasyukuran Kautsaran. Agenda
tersebut dimulai tahun 2001 Tahun 2015 ini ada di Sidoarjo tepatnya tanggal 1
Nopember 2015.
4.
Manfaat Doa Kautsaran
Susunan doa
kautsaran hampir mirip dengan tahlil. Doa Kautsaran itu mempunyai berbagai
macam fungsi (multi fungsi), akan tetapi kalau tahlil khusus ditujukan pada
orang meninggal (mufrod fungsi). Adapun manfaat doa kautsaran sebagai berikut:
a.
Doa
Kautsaran bisa digunakan untuk mendoakan orang yang sudah wafat, karena dalam
doa tersebut juga ada kalimat tahlil yaitu laa ilaaha illalloh
b.
Doa
Kautsaran juga bisa digunakan untuk mendoakan seseorang agar selamat
c.
Doa
Kautsaran bisa digunakan untuk mendoakan anak yang dikhitan
d.
Doa
Kautsaran juga bisa digunakan untuk memulai menanam padi dan tembakau
e.
Doa
Kautsaran bisa digunakan untuk mendoakan keluarga, satu desa, satu kecamatan,
satu wilayah, bahkan Negara agar selamat.
f.
Doa
Kautsaran bukan hanya untuk mendoakan orang yang sudah wafat saja melainkan
juga orang yang masih hidup
g.
Doa
Kautsaran bisa digunakan untuk mendoakan pernikahan tapi kalua untuk cerai
tidak diperbolehkan.
Doa kautsaran
bisa dilakukan bisa dilakukan sendiri dan jamaah. Apabila ada orang yang sering
tertimpa musibah, kemudian mengumpulkan teman-temannya se-jami’iyah Kautsaran,
di ajak kautsaran selama 7 hari, insyaallah musibah yang berturut-turut itu
akan berhenti. Lebih-lebih kalua yang kautsaran itu 40 orang lebih. Sebab
berdoa bersama-sama (40 orang) itu sama dengan doa satu wali. Adnya hal ini
juga menjadi latar belakang berdirinya jamiiyah kautsaran putri yang sudah
dijelaskan diatas.
D.
KESIMPULAN
Doa Kautsaran
berbeda dengan doa-doa pada umumnya. Doa ini memiliki sejarah tersendiri. Doa
ini turun pada seseorang berdasarkan ilham ruhi. Beliau adalah Kyai Muchammad
Muchtar Mu’thi. Ilham ruhi itu mulai turun ketika beliau melaksanakan musafir
dari daerah satu kedaerah lain, dari makam satu ke makam lain. pemberian nama
doa kautsaran juga berdasarkan keadaan yang ada. Setelah beliau mengamalkan
selam setahun beliau mendapat banyak keberkahan dari Doa Kautsaran. Sehingga
digunakanlah kata kautsaran yang berasal dari kata Al Kautsar artinya banyak
keberkahan. Tidak hanya beliau saja yang mengamalakan melainkan beliaua juga
menyebarkan doa itu dengan cara mendirikan pondok pesantren dan memberikan ke
santri-santrinya. Tahun 1981, beliau juga mendirikan organisasi jamiiyah
kautsaran Putri yang saat ini berkembang menjadi 38 cabang yang ada di
Indonesia. Manfaat yang diperoleh dari pengamalan doa kautsaran tentunya sangat
banyak sekali. Yang paling penting adalah istiqomah dalam pengamalan dan
percaya Allah akan mengabulkan.
Hakikat doa
adalah seorang hamba menampakkan bahwa dirinya benar-benar membutuhkan Allah
Yang Maha Suci, dengan melepaskan diri dari segala kekuatan dan daya manusia,
serta hanya berlindung kepada dzat Yang Maha Kuat dan Maha Mulia. Apapun doa
yang di panjatkan tidak pernah ada larangan. Madzab ahlus Sunnah Wal Jamaah mengatakan
bahwa hukum berdoa adalah wajib. Hanya saja doa tidaklah dikabulkan kecuali
sesuai dengan takdir. Dan selamanya tidak ada pertentangan antara doa dan
takdir atau ketentuan Allah. Karena doa hanyalah salah satu sebab. Dengan
berkah doa tersebut, Allah menyelesaikan banyak urusan seorang hamba,
mewujudkan keinginannya dan juga menolak segala bencana darinya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik. Sejarah dan Masyarakat. Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1987.
Ali, Al-Mahdali dan Muhammad Aqil bin. Mengenal Tarekat Sufi.
Jakarta: Pustaka Pelajar, 2001.
Ikhwan Roudlur Riyyahiin dan Minal Maqooshidil Quranil Mubinn. Keunikan
Thoriqoh Shiddiqiyyah. Jombang: CV. Al-Ikhwan, 2013.
Kartodirjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi
Sejarah. Jakarta: Gramedia, 1993.
Kasdi, Aminuddin. Memahami Sejarah. Surabaya: UUP, 2011.
Masyhuri, A. Aziz (Penghimpun), Permasalahan Thariqoh: Hasil
Kesepakatan Muktamar dan Musyawarah Besar Jamiiyah Ahlith Thariqoh, al
Mu’tabaroah Nadhatul Ulama (1957-2005). Surabaya: Khalista, 2006.
Muchtar Mu’thi, Moch. Jejak
perjuangan Thoriqoh Shiddiqiyah. Jombang: Dewan Pimpinan Pusat Dhibra,
2002.
Mulyati, Sri. Mengenal dan Memahami Tarekat Mu’tabaroh di
Indonesia. Jakarta: Penerbit Kencana, 2005.
Nasih A. Munajin. Sepenggal
Perjalanan Hidup Sang Mursyid. Jombang: Al-Ikhwan, 2006.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid II.
Jakarta: UI Press, 2002.
Pranoto. Sejarah Thoriqoh Shiddiqiyyah Fase Pertama: Kelahiran
Kembali Nama Thoriqoh Shiddiqiyyah. Jakarta: Aspeka Pratama, 2014.
Zambroni, Zamrono DR. Pengantar pengembangan teori islam.
Jakarta: Tiara Wacana, 2005.
[1] Muhammad Aqil
bin Ali Al-Mahdali, Mengenal Tarekat Sufi (Jakarta: Pustaka Pelajar,
2001), 3.
[2] Harun
Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid II (Jakarta: UI
Press, 2002), 76.
[3] Syeich
Muchtarullah Al MUstajaba, Sejarah Penyusunan Doa Kautsaran (Jombang: Al
Ikhwan), 4
[6] Ahmad Bin Abdullah
Isa, Ensiklopedi Doa dan Wirid Shohih (Surabaya: Pustaka, 2006), 51
[7] Ust. TM.
Sanihiyah, Himpunan Doa dan Dzikir (Surabaya: Al Falah), 9-11.
[8]
al-Qur’an, 10 (Yunus):
108
[9]
al-Qur’an, 2
(Al Bqarah): 23
[10]
al-Qur’an, 17
(Al Isra’): 52
[11]
al-Qur’an, 10 (Yunus):
10
[12]
al-Qur’an, ():
[13]
al-Qur’an, 40 (Al Mu’min): 60
[14] Syeich
Muchtarullah Al Mustajaba, Sejarah Penyusunan Doa Kautsaran (Jombang: Al
Ikhwan,2014),39-42.
[15] Ibid,. Syeich
Muchtarullah Al Musjtaba, 7.
[16] Ibid,. Syeich
Muctarullah Al Mustjaba, 45-46.
[17]
Ibid,. Syeich
Muctarullah Al Mustjaba, 13-15.
semoga bermanfaat
alhamdulillahirobbil alamin
wassalamualaikum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.