SEKILAS SEJARAH KYAI AHMAD MUJARROD (RADEN MOESTOFA) - WARGA10-JATENG

Breaking

Senin, 29 April 2019

SEKILAS SEJARAH KYAI AHMAD MUJARROD (RADEN MOESTOFA)



Prajurit Pangeran Diponegoro di Dusun Ngepoh Kelurahan Urang Agung Kecamatan Sidoarjo      
Mbah Kyai Ahmad Mujarrod adalah prajurit Pangeran Diponegoro.
ada tahun 1825-1830  pecah perang Diponegoro karena penjajahan Belanda.
Belanda sulit mengalahkan Pangeran Diponegoro yang menggunakan taktik gerilya.
Dengan dibantu oleh prajurit –prajurit inti , Pangeran Diponegoro berhasil memberikan perlawanan yang hebat kepada Belanda.
Belanda telah menggunakan berbagai cara untuk menangkap Pangeran Diponegoro namun gagal.
Sampai pada akhirnya digunakanlah siasat licik dengan berpura-pura mengajak berunding dan berjanji akan menjaga keselamatannya. Namun, ternyata Belanda ingkar janji dan menangkap Pangeran Diponegoro pada tanggal 28 Maret 1830 saat terjadi perundingan di Magelang. Tanpa malu dan dgn liciknya Jenderal Hendrik de Kock menangkap Pangeran Diponegoro agar perang besar di Pulau Jawa tersebut dapat segera diakhiri. Perang Diponegoro telah menimbulkan kerugian yang amat besar bagi Belanda
Diantara prajurit Pangeran Diponegoro itu ialah Mbah Ahmad Mujarrod atau Raden MOESTOFA. Setelah itu murid-murid Pangeran Diponegoro di kejar-kejar ditangkap oleh Belanda.Mbah Ahmad Mujarrod Itu punya saudara, Mbah Ahmad Mujarrod atau nama aslinya Raden MOESTOFA. Mbah Ahmad Mujarrod punya adik  di Dongol namanya Mbah Nyai Amuda,
Mbah Nyai Amuda, punya adik lagi Mbah Ahmad Syuhada yang makomnya di desa Losari Ploso Jombang, Mbah Ahmad Syuhada punya adik lagi namanya Mbah Hasan Rozak yang makomnya di Gudo Jombang, Mbah Hasan Rozak punya adik lagi namanya Mbah Abdulloh.Jadi saudara lima itu lari dikejar Belanda dari Kadilangu Demak, karena beliau berlima berasal Dari Kadilangu Demak. Lari ke Jawa Timur Mencari kehidupan sembunyi-sembunyi sampai di Surabaya karena Sidoarjo termasuk wilayah Surabaya.Pada waktu itu Belanda kesulitan menangkap perampok yang sakti.
Ditembak tidak mempan jadi minta pertolongan kepada para Ulama dengan cara membuat sayembara. Siapa-siapa yang bisa memegang perampok ulung itu akan mendapatkan hadiah
Akhirnya saudara berlima itu berembuk mufakat memegang perampok itu. Karena apabila dapat memegang perampok itu mendapat hadiah Setelah perampok tertangkap hadiah tidak dikasihkan oleh Belanda malah di curigai apa bukan ini murid Diponegoro yang melarikan diri ke Jawa Timur kok ada orang sakti seperti ini. Hadiah tidak jadi dikasihkan malah dicurigai akhirnya bubar.Diantaranya Mbah Ahmad Mujarrod sembunyi didaerah sini  (desa Ngepoh - Urang Agung Sidoarjo) terus Mbah Amuda didaerah Dongol sebelah utara Krian didesa Tempel makamnya juga di situ dan punya keturunan sedangkan Mbah Ahmad Mujarrod tidak punya keturunanLalu Mbah Suhada, Mbah Zamroji, Mbah Abdullah berjalan menuju ke Jombang. Sesampainya di Jombang Mbah Hasan Rojak berjalan ke arah selatan sampai ke Gudo dapat tempat di Gudo, Mbah Ahmad Syuhada sama Mbah Abdulloh berjalan ke utara dapat tempat di desa Losari Ploso Jombang, jadi ke lima saudara sudah berpisah mencari kehidupan sendiri-sendiri Sedang Mbah Mujarod di Desa Ngepoh-Urang Agung Sidoarjo.Belanda sudah kehilangan jejak, sedang Mbah Ahmad Syuhada di Ploso juga mendirikan Pondok. Setelah sudah aman istrinya yang dari Tajen Pati di jemput diajak ke Ploso Jombang. Sehingga punya keturunan-keturunan.
 Diantaranya Bapak Kyai Muhammad Muchtar Mukti ( Mursyid  Thoriqoh Shiddiqiyyah ) keturunan cucu Mbah Ahmad Syuhada.
Silsilah Mbah Ahmad Mujarrod ( Raden Mustofa ) Untuk silsilah Mbah Ahmad Mujarrod dan saudara-saudaranya itu ke atas sampai ke Maroco Jadi orang dahulu berjuang melawan Belanda di latih oleh Pangeran Diponegoro keturunan Kraton Jogjakarta.
Karena kalah kuat senjatanya lari ke Jawa Timur. Selain Mbah Ahmad Mujarrod dan saudaranya juga ada muridnya yang melarikan diri setelah Diponegoro ditangkap dan di buang ke Makasar.
Kalau ke Malang Gunung Kawi disitu ada makam yang namanya Mbah Dugo yang nama aslinya kyai Zakaria. Mbah Dugo itu menghilangkan nama asli supaya tidak di ketahui oleh belanda.
Ada juga yang di nganjuk yang namanya Mbah Ki Ageng Ngaliman yang makamnya di desa Ngliman.itu juga melarikan diri dari Jawa Tengah.
Ada lagi Mbah Zamroji itu juga dari jawa tengah. Bapak kyai Muktar itu termasuk cucu buyut dari Mbah Zamroji,
Mbah Zamroji punya anak Mbah Falal, Mbah Falal punya istri Mbah  Nadirah dan punya keturunan diantaranya Mak Nyai (Ibunda Bapak Kyai Muktar),
Bapak kyai Muktar itu termasuk cucu Mbah Falal Mbah Zamroji punya sepupu yang namanya Kyai Ahmat Sanusi Abdul Tamris Abdul Gofar yang makamnya di desa Kauman Kabuh  Jombang itu juga melarikan diri dari Jawa Tengah.
Setelah dari Jawa Tengah menuju Tulung Agung, Di Tulung Agung tersebut membuat Pondok dan melatih prajurit untuk berontak melawan Belanda, namun prajuritnya kalah dan kegeser  kemudian  Mbah Sanusi lari menggunakan Rakit dari batang pisang melalui sungai brantas untuk menyelamatkan diri.
Sesampainya di dusun Jatirowo Ploso beliau naik ketempat Mbah Zamroji minta perlindungan. Akhirnya Mbah Sanusi membuat rumah di desa Nglenkung yang sekarang namanya desa Jatigedong Pada suatu saat di kabuh ada kerusuhan, Belanda kuwalahan seperti yang di Surabaya, akhirnya membuat sayembara  siapa yang bisa menangkap rampok sakti akan dapat hadiah, Mbah Sanusi bisa memegang dan dapat hadiah tanah di Kauman Kabuh, Akhirnya Mbah Sanusi kerjasama dengan Demang Kabuh, makanya makamnya jadi satu makam Mbah Sanusi dengan makam Mbah Demang karena dua duanya dianggap Ulama dan Umaroh
Silsilah Mbah Sanusi, Mbah Zamroji keatas sampai Sunan Gunung Jati naik lagi ke atas sampai Syayidina Ali, jadi seperti itu kisah ke lima saudara yang melarikan diri dari Jawa Tengah karena di kejar-kejar Belanda
Mbah Ahmad Mujarrod punya murid pertama Mbah Nawawi yang makamnya di Kesemen, dan sebelahnya juga ada makam Mbah Barnawi itu juga waliyulloh.

Sumber dari pitutur Bpk Kholifah Shiddiqiyyah  Thoib Syaefuddin shid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.